Skip to main content

Trip to 'Danau Kaca' sungai penuh



Berbulan sudah blog ini tidak memposting tulisan baru. Maka kali ini, penulis ingin membahas sebuah perjalanan bertajuk "Journey" pada laman blog ini. 
Mengenai sebuah perjalanan 2 hari 3 malam yang dirasa cukup panjang. Sebuah perjalanan menembus hutan tropis sumatra di daerah kerinci yang lekat dengan cagar alam dan tempat hidup salah satu hewan khas pulau terbesar kedua di Indonesia, harimau sumatra.



Karna perjalanan ini sudah cukup lama dilakukan, penulis tidak begitu ingat tanggal pasti keberangkatan team kala itu. Namun, sebelumnya ingin aku jelaskan terlebih dahulu tujuan kami menelusuri perjalanan yang cukup panjang ini. 

Tuju


Adalah sebuah danau di tengah hutan kerinci yang masih asri. Sangat asri lebih tepatnya. Karna untuk mencapainya, team harus berjalan kaki belasan kilometer menelusuri hutan. Yang jadi menarik, danau yang kami cari bukan danau biasa seperti danau lain pada umumnya. Danau yang kami akan kunjungi ini lebih menarik. Seperti namanya 'kaca'. Danau ini sangat bening airnya. Tapi entah bagaimana, warnanya menjadi biru seperti air laut. 
Dari salah satu artikel yang pernah penulis baca sebelum memulai perjalanan menuju danau kaca, danau ini belum diketahui kedalamanya. Sementara untuk kelilingnya sendiri, sekitar kurang lebih 30 meter. Tidak terlalu besar emang untuk seukuran danau. 
Selain itu, ada yang lebih menarik. Konon, danau ini akan bersinar ketika bulan purnama. Sehingga beberapa dari pengunjung ada yang memilih untuk bermalam di pinggiran danau untuk menyaksikan kilauan danau kaca di tengah purnama. 
Bermalam di tengah hutan sumatra? Belasan bahkan puluhan kilometer dari pemukiman penduduk? Di hutan cagar alam? 
Wah.. 😥

Berangkat

Perjalanan dimulai dimalam hari, tepatnya pukul 9. Keputusan perjalanan dimalam hari di ambil memperhitungkan jam sampainya kami di kota sungai penuh yang direncanakan pagi hari.
Jujur saja, ini kali pertama penulis menempuh perjalanan menggunakan mobil di malam hari. Membuat mata tidak bisa tidur.  Perasaan tidak enak tanpa alasan yang jelas. Dan lain sebagainya yang kebanyakan gak enak.

Untungnya, ada teman yang masih bisa diajak ngobrol. Mereka berdua kebetulan duduk paling depan. 
Ditengah obrolan diantara pekatnya malam usai melewati jalan diantara hamparan kebun teh dan danau, pada sebuah tikungan kecil, masih dapat sekali saya ingat kala itu tiba-tiba mencium bau menyan. 
Spontan, saya sampaikan pada 2 orang lawan bicara yang duduk di depan.
Sontak, langsung di nasehati.
Mereka bilang, cukup diam saja jika mencium bau apapun di perjalanan malam hari.
Seketika bulu roma merinding dan memutuskan untuk memicingkan mata, pura-pura tidur.

Rembuk

Kurang lebih pukul satu dini hari waktu setempat, team kami memutuskan untupk beristirahat sejenak. Untuk sekedar menikmati santapan di kedai  jalan yang sangat ramai pengunjungnya untuk jam segitu. 



Usai menyantap hidangan dan minuman yang sudah terlebih dahulu di pesan. Team kami duduk saling hadapan, pertanda hendak merembukan sesuatu.

Jujur saja sejak seminggu sebelum keberangkatan, team kami terpecah menjadi 2 bagian. 

Atas isu isu yang beredar, aku secara tidak langsung menggolongkan diri pada team yang tidak ingin perjalanan menuju danau kaca ini dilanjutkan tuntas. Rencanaku, aku akan cukup  ikut sampai kota sungai penuh saja. Tidak ikut dalam ekspedisi menjelajah hutan menuju danau kaca.
Mengapa demikian?

Sekitar 2 minggu sebelum keberangkatan, team kami menghubungi rekan kerja di sungai penuh. Memberitahukan mengenai rencana keberangkatan ini. Banyak diantara rekan sungai penuh tidak menyarankan recana keberangkatan kami. Lantaran, isu dan info tak bertuan yang beredar mengenai adanya serangan harimau di kawasan hutan menuju danau kaca. Ada yang pulang kehilangan salah satu anggota tubuh, ada yang tak pulang sama sekali.

Ini agak gila buatku yang sama sekali gak pernah main ke hutan. Boro-boro. Kemahan pramuka waktu sd aja ga pernah ikut.

Namun setelah rembukan panjang, dan keyakinan bahwa semua pria akan bertanggung jawab atas keselamatan setiap anggota perempuan yang ada di team, kami yang tidak berniat ikut, akhirnya luluh.

Pukul 5 subuh, kami sampai di gerbang kota sungai penuh. Memulai perjalanan hari ini dengan sholat subuh di masjid pinggir jalan. Untuk sekalian berdoa atas keselamatan untuk kami semua.

Setelah rehat sejenak, sarapan dan berkemas untuk perjalanan menelusuri hutan, pukul 9 teamkami berangkat dari kota sungai penuh menuju batas akhir jalan yang dapat ditempuh menggunakan kendaraan bermotor. Butuh waktu kurang lebih 2 jam perjalanan menggunakan mobil untuk sampai di lokasi tersebut.

Tracking



Pukul 12 siang. Team kami ditambah dengan rekan sungai penuh yang memutuskan untuk ikut bersama kami, turun dari mobil dan memulai perjalanan menuju danau kaca melewati jalan setapak ditemani 2 orang guide.

Radius 1 km pertama ditengah hutan membuatku cukup tenang. Bagaimana tidak, aku membayangkan jalanan semen ini akan terus ada sampai tepian danau. But, its just in my dream..

Usai 1km jalanan semen, kami disambut dengan pendakian terjal dengan tanah agak basah khas hutan tropis yang sering hujan. 

Satu persatu dari kami mulai terpeleset, masuk ke kubangan tanah lunak. Beruntunglah bagi yang pinter pilih jalan, sepatunya masih bersih. Alhamdulillah, aku salah satunya.

Shelter demi shelter kami lewati dengan (jujur) agak pesimis. Bagaimana tidak, ketika hari sudah menunjukan pukul 3 sore, kami masih belum menemukan tanda tanda keberadaan danau yang dituju. Sementara itu, jalanan yang kami lewati semakin kecil, semakin rimbun dengan semak belukar, dan tentunya semakin banyak rintanganya.






Sampai tiba di satu titik, team harus melewati sekerumunan pohon bambu yang tumbang. Yang jika salah injak sedikit saja, tubuh akan terperosok dalam puluhan tumpukan bambu di bawah sana. Belum lagi sakitnya yang harus mau tak mau ditahan demi melanjutkan perjalanan. Namun alhamdulillah, kami semua berhasil melewati pohonan bambu tumbang tersebut dengan aman.

20 langkah dari pepohonan bambu tumbang, terdengar suara arus air. Sekejap, membentang di hadapan kami sebuah tikungan sungai kecil. Lengkap dengan bebatuan khas sungai yang tidak terlalu dalam pada umumnya.






Pasti sakit jatuh ke sungai itu dari ketinggian 7 meter, bukan?

Hebatnya lagi. Kami-harus-lewat-sungai-itu-via-3-batang-bambu-yang-membentang-yang-tentu-saja-ukuranya-gak-gede-gede-amat. (*namanya juga bambu) dan Pijakanya yang bulet. Gak injek-able banget alias susah diinjak karna bentuknya yang bulat. Ditambah, sepatu kami yang tebel sama tanah liat. Licin-able udah.

Tapi jujur saja, ketika itu aku gak punya beban sama sekali untuk melewati bambu diatas sungai yang banyak bebatuanya. Selain tidak punya ketakutan khusus sama ketinggian, hormon adrenalin emang terpacu ketika itu. Menganggap ini sebuah tantangan yang harus aku tuntaskan (cepat sampai, cepat pulang kan). Ya gak sekeren itu jugasi sebenernya. Kaki padahal dah pegel bgt berasa mau copot.

Alhamdulillah, setelah satu diantara kami ada adegan 'crying'nya karna saking stressnya sama jalanan yang mau gak mau harus di lewatin + inget suami dan anak dirumah, akhirnya kami dapat melanjutkan perjalanan hingga sampai ke danau kaca.

Tiba









Pukul 15.30, kami disuguhkan dengan pemandangan sebuah danau kecil berwarna biru di depan mata. 3,5 jam sudah waktu yang 
dibutuhkan untuk berjalan kaki menuju danau kaca. Waktunya meleset 1 jam dari perkiraan. But its ok! Hidden paradise butuh perjuangan buat mencapainya bukan?

Persis sama seperti yang sudah penulis perkirakan dari sebelumnya sudah membaca beberapa review mengenai danau ini, ukuranya tidak terlalu besar untuk disebut danau. Namun, yang menarik, berkat airnya yang bening didalamnya terlihat ada tumpukan batang pepohonan. Sehingga, meskipun airnya jernih dan bening, tidak dapat diperkirakan kedalaman danau tersebut akibat tertutup oleh tumpukan pepohonan yang terendam. Di perkirakan, tumpukan batang pepohonan yang berada di dalam danau adalah pepohonan dari tepian danau yang roboh akibat sudah tua dan dikarenakan posisi danau yang agak menjorok ke bawah sehingga pinggiran danau di kelilingi tebing terjal yang di tumbuhi pepohonan besar.  Jadi, hampir tidak ada bagian tanah yang datar di sekitaran danau sehingga agak sulit mencari lokasi untuk mendirikan tenda atau sekedar membentang tikar untuk bersantai.
Hal lain yang aku temui, sepertinya dasar danau ini berwarna putih. Seperti adanya lapisan bebatuan berwarna putih (kurang paham apa ini sejenis bebatuan kapur atau blerang) sebagai dasar danau kaca. Menarik karna sepanjang perjalanan kami sama sekali tidak menemukan bebatuan serupa.

Kondusif untuk berenang ?

Tentu saja kondusif. Jika boleh memberi saran, disarankan untuk berangkat lebih pagi agar sampainya di danau siang hari. Karna kalau kepagian atau kesorean airnya jadi dingin banget. Dan, karna gak ada spot landai (pinggirnya langsung dalem bgt) untuk sekedar main main air, jadi buat pengunjung yang tidak terlalu mahir berenang di sarankan untuk membawa alat bantu renang. Dan... pakai pakaian yang tertutup dan kalau bisa tidak memberi celah pada kulit. Soalnya cukup banyak lintah berukuran kecil yang melekat pada batang di dalam danau yang memungkinkan menempel pada tubuh.

Aku sendiri memutuskan untuk tidak ikut berenang dengan teman2 yang lain kala itu. Selain emang gak bisa berenang di tempat yang dalam, (takut keram dan segala macemnya) aku takut merasa tidak nyaman di perjalanan pulang karna tidak membawa persiapan yang untuk berenang. Selain itu, jujur aku masih agak "shock". Hutan tropis yang jauh dari pemukiman dan daerah cagar alam yang tentunya ada banyak binatang buas di lindungi disini membuat perasaanku agak kurang nyaman. Hal lainya, karna-aku-takut-lintah. Hehe

Sampah

Karna tidak ikut bersenang-senang dengan teman-teman yang berenang, aku pun cukup waktu untuk mengamati lingkungan sekitar danau. Memang bagi orang-orang yang hobi tracking ke hutan, mungkin danau kaca ini sudah tidak asing lagi. Sudah banyak yang tau. Maka, sebetulnya danau ini sudah ramai di kunjungi oleh orang orang sebelum kami. Mudah ditebak karna banyak sekali sampah plastik bertebaran di pinggiran danau. Masalah klasik orang orang yang mengatas namankan diri mereka pecinta alam. Bohong padahal. 
Harapanku, bagi siapapun yang tertarik mengunjungi danau kaca setelah membaca blog ini jangan nyampah ya. Prinsipnya, Kalau belum mampu memberikan manfat untuk alam sekitar, jangan nyusahin, jangan nyampah.
Semoga masalah yang sebetulnya sudah umum ini dapat segera berkurang intensitasnya. Dimulai dari membangun kesadaran diri sendiri.
Fyi: kami tidak meninggalkan sampah plastik di lokasi danau kaca dengan membawa pulang kembali sampah-sampah tsbt

Pulang

Pukul 16.30 usai berenang, makan, dan mengabadikan moment di danau kaca team memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan pulang tentunya. Dengan tentunya agak terlabat. Dari waktu yang di butuhkan untuk sampai ke danau kaca, kami memperkirakan akan keluar dari hutan pukul setengah 8 malam. Tentunya, kami semua tidak punya persiapan untuk menembus hutan dimalam hari.

Perjalanan pulang ditemani dengan cuaca agak gerimis. Untung saja, PIC team sudah menyiapkan mantel hujan untuk masing masing dari kami. Walaupun sebetulnya hujan tidak terlalu deras, mantel hujan ini sangat membantu agar tubuh tetap merasa hangat ditengah udara yang semakin dingin.

Jalan yang berbeda

Dan ternyata... jalan yang kami tempuh pada saat keberangkatan adalah jalur lama yang ditempuh untuk sampai ke danau kaca. Tak pelak jalanya rimbun dengan tetumbuhan. Karna sudah tak banyak yang lewat jalur lama.
Berbeda dengan jalur keberangkatan, jalur yang kami tempuh pada jalan pulang, terbilang enteng. Tidak ada serumpunan bambu roboh yang harus dilewati, juga tak ada sungai dangkal yang harus diseberangan menggunakan bambu dari ketinggian 7 meter. 

Meskipun sudah tidak terkendala dengan jalur yang ditempuh, waktu dan hari yang mulai gelapun membuat parno sebagian dari team karna sama sekali kami tidak punya persiapan untuk pencahayaan jalan. Modal kami untuk melihat jalan kala itupun hanya dengan flash telfon genggam. 

Perkiraanku menjadikan pengalaman menelusuri hutan di siang hari sebagai pengalaman yang paling tak terlupakan ternyata salah. Menelusuri hutan di malam hari jauh lebih berkesan. Berbeda dengan perjalanan pulang yang riweuh dengan canda tawa, diperjalanan pulang, team kami lebih kalem. 😆
Biarkan bebunyian malam ini seutuhnya milik binatang rimba dan burung hantu. Kami cukup mendengarkan saja, yang terdengar dari kami cukup suara bisikan semangat agar team tetap semangat menyelesaikan perjalanan pulang.

Sampai II

Pukul setengah 8 malam, akhirnya team kami keluar dari hutan. Rasa syukur dan lega akhirnya dapat kami rasakan karna team kami dapat pulang dengan selamat. 
Perjalanan menuju danau kacapun tuntas kami selesaikan pada hari itu. 

Kesan

Banyak yang berkesan dari perjalanan yang sebetulnya tidak dapat dituang seluruhnya pada postingan ini, tapi yang pasti.. team yang solid dan saling bahu membahu satu sama lain adalah yang membuat perjalanan ini bisa berjalan dengan lancar. Bersyukur dipertemukan BRI sebagai salah satu anggota team yang terbilang kompak.
Semoga pembaca yang tertarik minatnya setelah membaca postingan ini mengunjungi danau kaca, mendapat kesan yang baik sepulangnya dari danau kaca. Dan tentunya selamat di perjalanan pergi maupun pulang ya.
Thanks for reading ya..
Semoga bermanfaat..

Sampai ketemu di postingan selanjutnya.. 

Comments

Popular posts from this blog

Harga Sebuah Percaya - Tere Liye (Resensi Novel)

Hallo... Bulat 2 bulan sudah lamanya blog ini dicuekin. Kalau boleh sedikit curhat, sebenernya aku sedang menjalani hari-hari yang cukup sulit. Semenjak resmi menjadi pengangguran di Mei lalu, aku sibuk banget sama urusan nyari kerja. Beberapa minggu lalu aku diterima disalah satu Bank sebagai Frontliner. Dengan berat hati aku menolak hasil seleksi berhubungan dengan ketidaksetujuan orang tuaku dengan wilayah penempatanya yang cukup jauh. (Balada anak tunggal, hehe). Ini tentu tidak mudah buatku. Menolak pekerjaan?? Jaman now?? Siapa yang kuat?? Aku pasti dikira terlalu banyak makan micin pake teh setelah melakukan ini. Tapi, karna hatiku tenang setelah curhat sama Allah sehabis subuh waktu itu, insyallah aku akan dapat rejeki yang lebih baik. Awalnya takut kualat karna bisa dibilang "menolak rejeki" tapi aku berfikir lagi, semoga dengan besarnya pengorbananku ini aku bisa mendapat hal yang besar pula. Dan alhamdulillah saat ini aku udah di penghujung tes di Bank BRI Pad...

Sore : Istri dari masa depan (Film Review)

Hai.. ini adalah postingan kedua blog ini. Setelah daftar hal-hal yang bakalan aku share di blog mulai menggunung, maka aku memutuskan untuk me-review salah satu film yang baru-baru ini aku tonton via youtube. Karna memang setau aku film ini tidak di pertontonkan di layar lebar, melainkan hanya diterbitkan di youtube per-episodenya. Sebenernya waktu itu aku ngga lagi pengen nonton film, tapi pas aku lagi dengerin lagu di salah  satu akun yang aku subscribe di youtube  (IndieLokal), muncul vidio rekomendasi dari youtube yaitu vidio clipnya lagu Kunto Aji yang mungkin baru-baru release, judulnya I'll Find You. Sebenernya sih aku ngga terlalu suka Kunto Aji, cuma karna latar belakang vidio clipnya sore-sore gitu aku jadi penasaran. Dan setelah aku dengerin. Yepp... lagunya ternyata bagus. Buat kalian yang mungkin juga suka lagu-lagu indie accoustic mungkin bakalan suka sama lagu Ill Find You dari Kunto Aji ini. Dan ada yang ngga kalah menariknya. Yaitu Vidio clipnya yang ...

Gita Savitri, Childfree dan Budaya Patriaki

Baru-baru ini netizen heboh banget karna komentar seorang influencer di social medianya. Komentarnya gini. source : Instagram @lambe_turah Bener aja, si Gita Savitri ini langsung dihujat ama netijen. Dari yang ngatain sewajarnya bahwa komentar doi ga pantes sampe yang menghujat bahwa sebenernya doi itu mandul tapi gengsi aja mengakuinya. Terus netijen yang awalnya ga kenal sama influencer ini jadi tau siapa Gita Savitri ini. Siapa sih Gita Savitri? Jadi Gita Savitri Devi ini adalah seorang influencer asal Indonesia yang tinggal di luar negeri. Setelah menamatkan kuliahnya dibidang ilmu kimia, Gita menikah dengan seorang temanya sesama mahasiswa Indonesia yang  juga berkuliah diluar negri, terus Gita ini sekarang selain sebagai youtuber dan influencer kerja di perusahaan kosmetik. Jadi sebelum jadi konten kreator di youtube keak sekarang, doi aktif menulis di blog. Judulnya A Cup of Tea. Inilah kali pertama aku mengenal Gita Savitri. Isi blognya rata-rata adalah sudut pandang pribad...