Skip to main content

Gita Savitri, Childfree dan Budaya Patriaki

Baru-baru ini netizen heboh banget karna komentar seorang influencer di social medianya. Komentarnya gini.

source : Instagram @lambe_turah

Bener aja, si Gita Savitri ini langsung dihujat ama netijen. Dari yang ngatain sewajarnya bahwa komentar doi ga pantes sampe yang menghujat bahwa sebenernya doi itu mandul tapi gengsi aja mengakuinya. Terus netijen yang awalnya ga kenal sama influencer ini jadi tau siapa Gita Savitri ini.

Siapa sih Gita Savitri?

Jadi Gita Savitri Devi ini adalah seorang influencer asal Indonesia yang tinggal di luar negeri. Setelah menamatkan kuliahnya dibidang ilmu kimia, Gita menikah dengan seorang temanya sesama mahasiswa Indonesia yang  juga berkuliah diluar negri, terus Gita ini sekarang selain sebagai youtuber dan influencer kerja di perusahaan kosmetik.

Jadi sebelum jadi konten kreator di youtube keak sekarang, doi aktif menulis di blog. Judulnya A Cup of Tea. Inilah kali pertama aku mengenal Gita Savitri. Isi blognya rata-rata adalah sudut pandang pribadi Gita tentang hal-hal yang dianggapnya menarik. Yang paling heboh, tulisanya tentang keputusanya yang bakal "childfree" setelah menikah.

Setelahnya Gita jadi heboh juga dikomentarin netizen. Namanya juga netizen Indonesia, sebagian setuju-setuju aja dan mensupport sang influencer dengan keputusanya tapi ga sedikit juga yang menghujat. Dan seperti biasa, hujatan netizen Indonesia itu gaada obatnya, pedas sepedas-pedasnya level bon cabe paling tinggi ya masih kalah pedes sama hujatan netizen.

Karna blog-nya Gita tentang Childfree udah lumayan lama banget aku baca, menurutku sih gaada yang salah dengan keputusan seseorang yang memilih untuk tidak mempunyai anak setelah menikah. Walaupun mungkin bagi sebagian besar orang khususnya orang Indonesia tujuan menikah adalah memiliki keturuan, sedikit banyak aku paham dengan keputusan Gita karna ngerasa menikah ternyata gak semata-mata untuk punya keturunan aja. Tapi ternyata ada hal yang lebih besar dibalik kita yang ditakdirkan untuk hidup berpasang-pasangan oleh sang pencipta.

Lagian, di Jepang Childfree dan malah keputusan Unmarried itu adalah hal yang biasa. Sampai-sampai negaranya krisis penduduk dan banyak rumah-rumah kosong yang diambil alih oleh negara karna ga punya ahli waris. 

Tapi nih teman-teman, 'mengerti' bukan berarti kita 'setuju' kan? Mampu memahami keputusan seseorang bukan berarti kita harus setuju dan menerapkan keputusan yang sama di kehidupan kita. Yang jelas kita ngga pernah benar-benar tau alasan Gita untuk Childfree. 

Banyak hal-hal yang relate diutarakan Gita di blognya dengan kehidupan sehari-hari. Gimana dia gasuka basa-basi orang sekitar yang ngga sopan, kayak nanya "kapan nikah" ke perempuan yang belum bahkan belum tentu mau menikah. Hingga pertanyaan "kapan punya anak?" ke perempuan yang baru nikah tapi belom hamil dan bahkan juga belum tau mau hamil atau engga. Selain Gita, aku atau bahkan kita semua adalah orang-orang yang pernah tersakiti juga dengan pertanyaan-pertanyaan orang terdekat.

Melihat bahasa Gita karna sering baca tulisanya, menurutku Gita adalah orang yang berani mengutarakan pendapatnya. Setelah tulisanya di blog tentang childfree banyak yang hujat, dia tetap berani berpendapat tentang hal-hal gabiasa yang orang Indonesia udah menganggap wajar/lumrah. Salah satunya, pendapat dia tentang paham Patriaki.

Seringkali ketika sedang santai aku ngikutin chanel youtubenya Gita. Menurutku pembahasan mengenai paham patriaki adalah konten yang paling menarik. Beberapa kali Gita membahas mengenai patriaki sehingga membuat aku merasa tertarik untuk mencari sumber lain yang membahas patriaki.

Patriaki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral delam organisasi sosial. Posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. (Pinem,2009:42)

Budaya patriaki ini sebetulnya sudah sangat mengakar di kehidupan karna sudah ada sejak 586 M (sebelum datangnya islam). Saking rendahnya, pada masa itu perempuan dapat dipejualbelikan. Bahkan pada zaman jahiliyah anak perempuan yang lahir langsung dikubur hidup-hidup karna dianggap sebagai aib. Teman-teman pembaca yang mungkin sudah memiliki anak bisa membayangkan bagaimana perasaan seorang ibu ketika hamil dan melahirkan di zaman jahiliyah. 

Sebetulnya nggak hanya itu, pada masa itu ketika seorang perempuan suaminya meninggal maka perempuan itu dapat diwariskan kepada keluarga istrinya. Dianggap sebagai harta suami.

Namun ternyata budaya patriaki bukan hanya soal kestaraan gender antara perempuan dan laki-laki aja. Hingga kini budaya patriaki masih erat dengan kehidupan sehari-hari kita walau islam sudah menyampaikan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan untuk mendapat kedudukan yang setara dihadapan Allah (Qs Al Ahzab (33);35 dan Qs Al Zariyat: 56)

Tanpa kita sadari budaya patriaki ini adalah hal terdengar sederhana namun berdampak besar bagi kehidupan kita. Gita Savitri emang oke banget soal nyari data yang valid, disalah satu vidio youtubenya ia menyajikan data hasil riset pribadi bahwa sampai sekarang sebetulnya kita masih belum berada di zaman yang sudah stabil kesetaraan gendernya. Karna rata-rata di dunia kerja yang memiliki kesempatan berkarir ke posisi yang lebih tinggi itu masih di dominasi oleh kaum pria. Hal ini terjadi karna perempuan dianggap punya banyak kekurangan seperti kemungkinan menurun kinerjanya saat hamil, harus libur bekerja saat cuti melahirkan kamudian harus menyusui dan merawat anak.

Terus? apa ya kira-kira pengaruh lebih besar dari budaya patriaki?

Salah satunya kekerasan di rumah tangga. Dilansir dari situs www.doktersehat.com salah satu penyebab umum terjadinya KDRT adalah kekuasaan yang tidak seimbang. "Kekuasaan suami sebagai kepala rumah tangga terbentuk karena adanya unsur-unsur kultural di mana ada norma-norma dalam kebudayaan tertentu yang menguntungkan suami. Misalnya, terdapat gagasan bahwa suami memiliki kuasa dari pada istri. Pandangan ini terbangun karena kaum lekaki memandang istri adalah pelayan suami, objek seks, atau apa pun yang diinginkan suami harus dituruti."

Setelah mengikuti keseharian Gita Savitri dan suami di chanel youtubenya, aku jadi salut. Mereka benar-benar menyelesaikan urusan rumah tangga berdua. Dilakukan bersama-sama. Tidak semata-mata dilakoni oleh Gita sebagai istri. Fyi, islam juga sangat tidak setuju dengan budaya patriaki. Bahkan menurut islam, kewajiban suami untuk menafkahi anak dan istrinya tidak sesederhana memberi uang pada istrinya aja. Kewajiban suami untuk memenuhi kebutuhan makan misalnya, baiknya suami memastikan makanan itu sampai ke istri dan anaknya dengan menyuapi mereka makan loh !
Di islam, suami wajib menyediakan tempat tinggal bagi anak dan istrinya, namun tidak diterakan kewajiban istri harus mengelola ataupun merawat tempat tinggal tersebut. 

Wah kok jadi kedengaran aneh ya?

Iyaa.. karna patriaki sudah sangat mengakar dikehidupan sehari-hari kita. Dan satu lagi, setelah menikah hubungan suami istri itu gak kaku sebatas hak dan kewajiban aja. Ada kasih sayang dan saling peduli juga diantara keduanya. Itulah yang mendorong para ibu untuk mengambil alih seluruh pekerjaan rumah tangga. Sebagai salah satu bukti cintanya pada suaminya yang telah lelah bekerja untuk menafkahi keluarga.

Jadi confused ya. wkwk
Jadi pointya apa dan gimana?

Intinya menurutku diskusi pra nikah dengan calon suami mengenai tata kelola rumah tangga itu penting banget. Baik dari segi operasional bahkan finansial. Jujur sebagai istri dan ibu yang bekerja peran ini ga akan bisa aku jalanin sendiri tanpa bantuan dari orang terdekat khususnya suami. Sejauh ini kami sering berbagi tugas rumah tangga khususnya dalam hal mengurus anak. Mungkin suamiku tidak dapat banyak membantuku ketika weekday karna harus bekerja diluar kota, tapi selama weekend doi yang ngurusin anak sehingga aku bisa fokus ngerjain pekerjaan rumah tangga yang lain. Belakangan ini kami malah meng-hire orang untuk membantuku di weekday saat suami tidak berada di rumah. Mungkin pengeluaran rumah tangga menjadi bertambah, tapi ternyata aku sangat amat ngerasain manfaatnya. Jadi lebih ngga capek, sehingga pulang kerja bisa ngajakin anak main dengan hati yang senang.

Jadi?

Penting bagi teman-teman yang mau nikah untuk ngajak berdiskusi dulu calon suami atau istrinya tentang mau punya anak atau engga? kalau punya maunya berapa? terus finansial gimana? kelola rumah tangga seperti apa?

Menikah bukan hanya sekedar tinggal bersama, punya anak lalu membesarkanya berdua. Beberapa waktu lalu aku sempat lihat beberapa vidio kompilasi ibu yang membunuh anaknya sendiri. Rata-rata cuma karna anaknya rewel atau lagi gak bisa dibilangin. Cukup sepele kan? jadi, baby blues itu bisa kapan ajasih menurutku. Gak hanya ketika anak kita baru lahir. Menurutku baby blues itu karna ibunya capek dan stress. Emang lebih berpotensi menyerang ibu-ibu yang baru lahiran karna fisik belum fit tapi harus ngemong bayi atau memberi asi tiap beberapa jam sekali. 

Untuk calon bapak-bapak yang baca blog ini, kalian harus tau menurut islam kewajiban ayah untuk memberi nafkah itu termasuk memberikan asi untuk anak. Lah gimana? iya bapak boleh memberikan semacam upah untuk istri atas asi yang diberikan loh. Luar biasa ya islam memuliakan perempuan. Jadi kami yang ibu-ibu ini gosah dikasih upah juga gapapa si pak karna kami ikhlas memberi asi untuk anak. Cukup bapak temenin aja ibu-ibu bangun malam nenangin bayi kalau rewel atau sekedar ngambilin minum saat istri sedang menyusui. Kalau boleh  pas pulang kerja juga jangan lupa bawain martabak biar istri makin seneng. Kalau istri capek banget yok loundry aja dan beli makan diluar aja gosah masak-masak.

Aku dan suami mungkin sama-sama punya kekurangan. Ya gimanapun kami cuma manusia biasa. Tapi sejauh ini, kami selalu bekerja sama dalam hal mengasuh anak bahkan pekerjaan rumah tangga. Hal ini banyak membantuku untuk membesarkan dan mendidik anak dengan lebih baik. Amin, inshallah.

Jadi gimana? masih tetep pengen nikah tahun ini? hehe semangat ya. wkwk


Comments

Popular posts from this blog

Harga Sebuah Percaya - Tere Liye (Resensi Novel)

Hallo... Bulat 2 bulan sudah lamanya blog ini dicuekin. Kalau boleh sedikit curhat, sebenernya aku sedang menjalani hari-hari yang cukup sulit. Semenjak resmi menjadi pengangguran di Mei lalu, aku sibuk banget sama urusan nyari kerja. Beberapa minggu lalu aku diterima disalah satu Bank sebagai Frontliner. Dengan berat hati aku menolak hasil seleksi berhubungan dengan ketidaksetujuan orang tuaku dengan wilayah penempatanya yang cukup jauh. (Balada anak tunggal, hehe). Ini tentu tidak mudah buatku. Menolak pekerjaan?? Jaman now?? Siapa yang kuat?? Aku pasti dikira terlalu banyak makan micin pake teh setelah melakukan ini. Tapi, karna hatiku tenang setelah curhat sama Allah sehabis subuh waktu itu, insyallah aku akan dapat rejeki yang lebih baik. Awalnya takut kualat karna bisa dibilang "menolak rejeki" tapi aku berfikir lagi, semoga dengan besarnya pengorbananku ini aku bisa mendapat hal yang besar pula. Dan alhamdulillah saat ini aku udah di penghujung tes di Bank BRI Pad...

Sore : Istri dari masa depan (Film Review)

Hai.. ini adalah postingan kedua blog ini. Setelah daftar hal-hal yang bakalan aku share di blog mulai menggunung, maka aku memutuskan untuk me-review salah satu film yang baru-baru ini aku tonton via youtube. Karna memang setau aku film ini tidak di pertontonkan di layar lebar, melainkan hanya diterbitkan di youtube per-episodenya. Sebenernya waktu itu aku ngga lagi pengen nonton film, tapi pas aku lagi dengerin lagu di salah  satu akun yang aku subscribe di youtube  (IndieLokal), muncul vidio rekomendasi dari youtube yaitu vidio clipnya lagu Kunto Aji yang mungkin baru-baru release, judulnya I'll Find You. Sebenernya sih aku ngga terlalu suka Kunto Aji, cuma karna latar belakang vidio clipnya sore-sore gitu aku jadi penasaran. Dan setelah aku dengerin. Yepp... lagunya ternyata bagus. Buat kalian yang mungkin juga suka lagu-lagu indie accoustic mungkin bakalan suka sama lagu Ill Find You dari Kunto Aji ini. Dan ada yang ngga kalah menariknya. Yaitu Vidio clipnya yang ...